Pages

Senin, 25 Oktober 2010

Segenggam Garam

   Suatu ketika, hiduplah seorang kakek tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirudung banyak persoalan hidup. Langkahnya lemas, gontai, tidak bertenaga dan raut wajah sedih. Anak muda tersebut memang tampak sedang tidak berbahagia.
   Tanpa membuang banyak waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijaksana itu haya mendengarkan dengan seksama. Lalu ia mengambil segenggam garam, dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkan garam tersebut ke dalam gelas tersebut, lalu diaduknya perlahan. "Coba kamu minum air itu, dan katakan rasanya..." ujar pak tua.
   Lalu anak muda itu meminumnya dan mengatakan "Pahit, pahit sekali.." sambil meludah kesamping karena tidak kuat menahan rasa pahit itu. Pak tua itu pun tersenyum. Lalu pak tua itu mengajak anak muda tersebut ke telaga di hutan dekat tempat tinggalnya. Mereka berjalan berdampingan dan akhirnya sampai di telagayang airnya bersih dan tenang.
   Pak tua itu langsung menuangkan garam ke telaga itu. Dengan sebatang kayu ia mengaduk telaga itu sehingga tercipta riak air yang menggagu ketenangan danau tersebut."Coba ambil air tersebut dan minumlah" kata Pak Tua. Setelah anak muda selesai meneguk airnya ia berkata lagi "Bagaimana rasanya?".
"Segar!" jawab anak muda itu. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak tua lagi. "Tidak!" Jawab anak muda itu.
   Dengan penuh bijak, Pak Tua itu menepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajak anak muda itu duduk berhadapa, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan mirip dengan segenggam garam tadi, tidak lebih tidak kurang. Jumlah rasa pahit itu adalah sama dan akan tetap sama.
   "Namun kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Sehingga, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung kepahitan tersebut."
Pak Tua itu kembali memberikan nasehat. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalh tempat itu. Kalbumu adalah tempat untuk menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah seperti telaga yg mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." :) :)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites