Pages

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 31 Oktober 2010

Hanya Satu Senar


  Seorang pemain biola tersohor pada abad ke-19, bernama Niccolo Paganini, memainkan konser untuk para pengagumnya yang memenuhi ruangan. Saat itu ia memainkan biola dengan okorkestra penuh.
  Secara tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Lalu, keringat dingin mulai membasahi dahinya, namun ia terus memainkan lagunya. Kejadian mengejutkan lainnya adalah satu persatu senarnya putus hingga tinggal tersisa satu senar saja. Dan Paganini tetap melanjutkan gesekan biolanya. Ketika para penonton melihatnya hanya memiliki satu senar mereka berteriak, "Hebat, hebat sekali"
  Kemudian Paganini meyuruh mereka untuk duduk setelah tepuk tangan tersebut mereda.Para pengagumnya menyadari bahwa ia tidak mungkin meneruskan lagi dengan satu senar. Lalu Paganini memberikan hormat kepada penonton dan memberikan isyarat pada dirigen orkestra untuk melanjutkan bagian akhir lagunya itu.
  Paganini, dengan mata berbinar, ia berteriak, "Paganini dengan satu senar!" Lalu ia menaruh biola di dagunya dan memulai bagian akhir lagu itu dengan indah.
  Memang benar bahwa hidup kita dipenihi permasalahan, kekhawatiran, kekecewaan dan banyak hal tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar yang putus dan segala sesuatu yang  kita rasa tidak bisa tidak dapat diubah.
  Apakah kita masih memikirkan senar-senar yang putus dalam hidup kita ? Apakah senar yang terakhir nadanya tidak indah lagi ?
  Apabila demikian, janganlah melihat kebelakang, majulah terus dan mainkan senar terakhir. Mainkan dengan indah senar tersebut

Selasa, 26 Oktober 2010

Tentang Paku

Suatu saat ada seorang anak laki-laki yang sangat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah anak itu, ayahya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar halaman belakang setiap kali ia marah.
Pada hari pertama ia memakukan 48 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah paku tersebut berkurang setiap harinya. Dia menyadari bahwa lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari diman ia merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabaran. Dia memberitahu ayahnya mengenai hal ini, yang kemudian mengusulkan agar ia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana ia tidak marah.
Hari-hari kemudian berlalu dan anak laki-laki itu memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang Ayah menuntun anaknya ke pagar. "Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-kata itu akan membekas seperti lubang-lubang itu di hati orang lain."
"Kamu bisa saja meminta maaf atas kesalahanmu, tetapi tak peduli berapa kali kamu meminta maaf, bekas luka itu akan tetap ada." Lanjut Sang Ayah.

Pejuang Tanpa Pamrih

  Namanya Sudarwan, Ia kini berusian 78 tahun. Dulu ketika Indonesia sedang memperjuangkan kemerdekaannya, ia termasuk pejuang rakyat yang ikut berjuang keras mengusir penjajah. Saatini ia tinggal di sebuah bilik berukuran 5 x 6 meter persegi bersama istrinya. Anaknya berjumlah sembilan dan sudah berkeluarga semua.
  Sudarwan tidak termasuk veteran yang mendapatkan dana pensiun untuk menyambung hidupnya. Ia tidak pernah mau mengurus sepeti halnya teman-teman yang lainnya. Baginya ia berjuang tidak untuk mendapatkan uang dikemudian hari. Baginya ia berjuang untuk memenuhi  panggilan hatinya. Ia mengistilahkannya dengan sebuah rasa gemas yang dengan seenak hatinya menginjak-injak harga diri bangsa.
  Setelah masa perjuangan selesai, ia menikahi seorang gadis yang ditemuinya di pasar. Hingga sembilan anak dan beberapa cucu. Untuk menyambung hidupnya, ia bekerja sebagaiburuh tani dan sudah 11 tahun ini bekerja sebagai pemulung, setelah ia memutuskan pindah kota beberapa waktu silam.
  Penghasilannya setiap hari sangat tidak menentu. Seringkali mereka hanya makan satu kali sehari. Mereka bertekad untuk tidak menyulitkan anak-anaknya, sehingga mereka tidak pernah meminta belas kasihan atas kondisinya. Pakaian yang dipakai pak Sudarwan dan istrinya sangat sederhana dengan beberapa sobekan disana-sini. Namun mereka merasa bahagia dengan keadaan seperti itu.
  Sebuah rutinitas yang selalu dilakuka Pak Sudarwan lakukan adalah bahwa pada setiap hari Senin ketika sebuah SD Negeri di dekat rumahnya mengadakan upacara bendera, ia selalu menyempatkan berdiri di luar pagar SD itu  untuk melakukan penghormatan kepada "Sang Saka Merah Putih" ketika sesi penghormatan bendera dilakukan. Ia selalu menitihkan air mata ketika ia melakukan penghormatan bendera dengan sikap sempurna melalui tubuh rentanya. :')

Senin, 25 Oktober 2010

Ketika Tuhan menciptakan Indonesia

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "
Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2' di pemerintahannya)


Dan untuk rasa terima kasih untuk Kemerdekaan Indonesia yang ke 65 tahun, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini.

Segenggam Garam

   Suatu ketika, hiduplah seorang kakek tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirudung banyak persoalan hidup. Langkahnya lemas, gontai, tidak bertenaga dan raut wajah sedih. Anak muda tersebut memang tampak sedang tidak berbahagia.
   Tanpa membuang banyak waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijaksana itu haya mendengarkan dengan seksama. Lalu ia mengambil segenggam garam, dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkan garam tersebut ke dalam gelas tersebut, lalu diaduknya perlahan. "Coba kamu minum air itu, dan katakan rasanya..." ujar pak tua.
   Lalu anak muda itu meminumnya dan mengatakan "Pahit, pahit sekali.." sambil meludah kesamping karena tidak kuat menahan rasa pahit itu. Pak tua itu pun tersenyum. Lalu pak tua itu mengajak anak muda tersebut ke telaga di hutan dekat tempat tinggalnya. Mereka berjalan berdampingan dan akhirnya sampai di telagayang airnya bersih dan tenang.
   Pak tua itu langsung menuangkan garam ke telaga itu. Dengan sebatang kayu ia mengaduk telaga itu sehingga tercipta riak air yang menggagu ketenangan danau tersebut."Coba ambil air tersebut dan minumlah" kata Pak Tua. Setelah anak muda selesai meneguk airnya ia berkata lagi "Bagaimana rasanya?".
"Segar!" jawab anak muda itu. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak tua lagi. "Tidak!" Jawab anak muda itu.
   Dengan penuh bijak, Pak Tua itu menepuk punggung anak muda itu. Ia lalu mengajak anak muda itu duduk berhadapa, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan mirip dengan segenggam garam tadi, tidak lebih tidak kurang. Jumlah rasa pahit itu adalah sama dan akan tetap sama.
   "Namun kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Sehingga, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung kepahitan tersebut."
Pak Tua itu kembali memberikan nasehat. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalh tempat itu. Kalbumu adalah tempat untuk menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah seperti telaga yg mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." :) :)

Minggu, 24 Oktober 2010

86.400

    Coba kita bayangkan bersama. Ada sebuah bank yang memberi kita pinjaman uang sebesar Rp. 86.400,- setiap paginya. Tanpa pernah putus, dimana uang itu harus kita gunakan. Pada malam harinya, bank akan menghapus sisa uang yg kita tidak gunakan selama satu hari. Coba tebak, apa yang akan kita lakukan? Tentu saja menggunakan semua uang pinjaman tersebut.   Sebenarnya, setiap diri kita memiliki bank seperti itu. Kita menyebutnya dengan "Waktu." Setiap pagi ia akan memberikan kita 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yg tidak kita gunakan untuk tujuan baik. Karena, ia tidak akan memberikan sisa waktunya kepada kita. Ia juga tidak memberika waktu tambahan. Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untuk kita. Setiap malam ia akan menghanguskan sisanya. Jika kita tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa kita. Kita tidak bisa menariknya kembali. Bahkan, kita tidak bisa meminta "Uang Muka" untuk keesokan harinya. Kita harus hidup di dalam simpanan hari ini. Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan dan kesukseskan kita.
  Oleh sebab itu,
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 tahun
     tanyakan kepada anak yg gagal kelas.
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 bulan
     tanyakan kepada ibu yg nmelhirkan bayi prematur.
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 minggu
     tanyakan kepada editor majalah mingguan.
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 jam
     tanyakan kepada kekasih yg menunggu untuk bertemu.
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 menit
     tanyakan kepada orang yg ketinggalan pesawat.
   Untuk tahu pentingnya waktu 1 detik
     tayakan kepasa orang yg baru saja terhindar dari kecelakaan.
   Untuk tahu waktunya waktu 1 sekon
     tanyakan kepada peraih medali perak olimpiade

Kisah Bapak, Anak dan Keledai

Terlihat seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keledai ke pasar. Di tengah perjalanan, beberapa orang melihat melihat mereka dan mencibir, "Lihat orang-orang dungu itu. Mengapa tidak naik ke atas keledai itu saja ?"
Ternyata sang ayah mendengar perkataan itu. Ia lalu meminta sang anak untuk naik ke atas keledai. Kemudian tidak lama setelah itu seorang perempuat tua berkata, "Dasar anak tidak tahu diri! Masa tenang-tenang saja di atas keledai sedangkan ayahnya berjalan." Lalu sang anak pun turun dari punggung keledai dan gantian ayahnya yang naik keledai. Beberapa saat kemudian mereka bertemu dengan seorang gadis belia, "Mengapa kalian tidak naik keledai itu bersama-sama?"
Mendengar itu, mereka segera menurutinya. Tidak lama, mereka bertemu sekelompok orang, "Wah, kasihan sekali keledai tersebut, masa harus mengangkut kedua orang itu. Kejam sekali kedua orang itu"
Lalu ayah dan anaknya merasa jengah. Mereka pun memutuskan untuk memanggul keledai tersebut. Setelah itu, semua orang terpingkal-pingkal melihatnya, "Lihatlah, ada orang memanggul keledai!"
Tentu saja, apabila kita berusaha menyenagkan semua orang, maka terdapat kemungkinan kita tidak akan dapat menyenangkan siapa pun. :))

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites