Pages

Minggu, 31 Oktober 2010

Hanya Satu Senar


  Seorang pemain biola tersohor pada abad ke-19, bernama Niccolo Paganini, memainkan konser untuk para pengagumnya yang memenuhi ruangan. Saat itu ia memainkan biola dengan okorkestra penuh.
  Secara tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Lalu, keringat dingin mulai membasahi dahinya, namun ia terus memainkan lagunya. Kejadian mengejutkan lainnya adalah satu persatu senarnya putus hingga tinggal tersisa satu senar saja. Dan Paganini tetap melanjutkan gesekan biolanya. Ketika para penonton melihatnya hanya memiliki satu senar mereka berteriak, "Hebat, hebat sekali"
  Kemudian Paganini meyuruh mereka untuk duduk setelah tepuk tangan tersebut mereda.Para pengagumnya menyadari bahwa ia tidak mungkin meneruskan lagi dengan satu senar. Lalu Paganini memberikan hormat kepada penonton dan memberikan isyarat pada dirigen orkestra untuk melanjutkan bagian akhir lagunya itu.
  Paganini, dengan mata berbinar, ia berteriak, "Paganini dengan satu senar!" Lalu ia menaruh biola di dagunya dan memulai bagian akhir lagu itu dengan indah.
  Memang benar bahwa hidup kita dipenihi permasalahan, kekhawatiran, kekecewaan dan banyak hal tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar yang putus dan segala sesuatu yang  kita rasa tidak bisa tidak dapat diubah.
  Apakah kita masih memikirkan senar-senar yang putus dalam hidup kita ? Apakah senar yang terakhir nadanya tidak indah lagi ?
  Apabila demikian, janganlah melihat kebelakang, majulah terus dan mainkan senar terakhir. Mainkan dengan indah senar tersebut

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites